
Dalam dunia pedalangan, Prabu Basukarna berani tampil digarda depan untuk membela kesejahteraan rakyat Astinapura. Dia berani mengkritisi Prabu Duryudana raja Astina ketika mengambil langkah yang salah. Misal; dalam lakon Wahyu Katentreman, alkisah kerajaan Astina kena pageblug/wabah, masyarakatnya hidup susah. Di sisi lain rajanya yang cuek tidak berusaha mencari solusi mengatasi pageblug yang melanda rakyatnya.
Maka jiwa oposisi Basukarna muncul, dia berani tampil di depan menyalahkan rajanya. Tidak sekedar menyalahkan, tetapi Basukarna bergerak cepat dan tegas, bergegas bertapa untuk mencari Wahyu Katentreman sebagai simbol solusi agar pagebluk sirna.
Menurut pandangan saya ketegasan dalam bersikap; Basukarna patut di contoh; “wani ing ngayun”, “cancut taliwanda mbelani kawula”, “mbenerke sing bener, ngluputke sing luput”.
Demikian juga ketika terjadi peristiwa perang Baratayuda Jayabinangun. Konsisten Basukarna berani tampil di depan agar para Kurawa berani menghadapi Pandhawa. Dia rela gugur di medan laga, rela sebagai pemantik keberanian Kurawa.
Matinya Kurawa adalah sebagai simbol hilangnya watak angkara murka. Tanpa sosok pemantik Basukarna mungkin Kurawa butuh waktu dan butuh keberanian menghadapi Pandhawa.
Kisah tokoh Basukarna masuk dalam konsep Serat Tripama, salah satu karya KGPAA Mangkunagara IV dalam bentuk bait tembang Dhandhanggula. Secara ringkas berisi tentang teladan bagi para prajurit agar berwatak ksatria, gigih tidak takut dalam membela negara. Kata tripama sendiri berasal dari gabungan kata tri ‘tiga’ dan umpama ‘perumpamaan’.
Basukarna digambarkan mempunyai loyalitas dan dedikasi yang tinggi pada negaranya, mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan keluarga. Sikap tokoh tersebut juga menggambarkan berbagai macam nilai yang ada di dalam Etika Jawa sehingga patut menjadi suri teladan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
0 comments on “BASUKARNA Pemimpin Oposisi”